Konsep Penulisan Berita, Belajar Cepat Jurnalistik

Author:
Konsep Penulisan Berita, Belajar Cepat Jurnalistik: Menulis berita adalah satu bakat yang dimiliki melalui berbagai sumber cara belajar cepat jurnalistik yang tepat ( bisa dikatakan seperti itu ? ).
Ujung Pena Seorang Jurnalis
I. Menulis itu mudah
Menulis itu gampang
Tentu saja bukan? jika menulis dalam arti menggandengkan huruf-huruf mejadi kata dan kata menjadi kalimat lalu kalimat menjadi paragraph yang kemudian membentuk sebuah lembaran yang berisi cerita / berita utuh ( Anak SD juga bisa ! ), mudah bukan? lalu bagaimana dengan aturan dan etika penulisan berita? ( inilah yang perlu dipelajari )

II. Konsep penulisan Berita
Konsep berita
Berbicara mengenai konsep dalam menulis sebuah berita kita mestinya tidak akan lepas dengan 5W+1H yakni What (Apa yang terjadi), Who (Siapa pelaku atau orang yang terlibat dalam kejadian itu), Why (Kenapa hal itu terjadi), When (Kapan kejadiannya), Where (Di mana terjadinya), dan How (Bagaimana proses kejadiannya).

III. Hindari label Hoax maker.
bayangkan jika anda dibandrol sebagai penulis berita palsu ( bohong ),Tidak terpercaya atau jurnalis asal asalan ( masa bodoh? bersiaplah untuk kehilangan pembaca anda ). Untuk menghindari Label Hoax pada berita yang anda tulis ada 9 elemen jurnalistik yang mestinya selalu anda perhatikan.

Berikut ini 9 Elemen Jurnalistik seperti ditulis oleh Niken Satyawati yang memberikan keterangan pada profile singkatnya "Buruh tidak penting di Solo. Memimpikan SEMUA anak Indonesia mendapat pendidikan layak: bisa sekolah dan kuliah dengan murah, syukur gratis. Berharap semua warga Indonesia mendapat penghidupan layak: jaminan sosial dan kesehatan. TANPA KECUALI. Karena begitulah amanat Undang Undang Dasar 1945." ( seperti terlihat dibagian atas halaman dengan judul "Hindari Hoax dengan Memahami 9 Elemen Jurnalistik" :

1. Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran

Saya mengartikan, jurnalis harus menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran. Jurnalis berusaha mengungkap kebenaran yang mungkin tertimbun kebohongan. Dan yang penting jurnalis pantang membuat berita bohong (hoax).

2. Loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga negara

Keberpihakan satu-satunya adalah kepada warga negara alias rakyat jelata.

3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi

Verifikasi sangat penting dilakukan sehubungan dengan informasi. Oleh sebab kadang jurnalis tidak terlibat atau mengetahui sendiri sebuah kejadian, maka perlu verifikasi kebenaran dengan melakukan cover both sides atau bahkan cover all sides, atau melihat dari berbagai sisi, mengonfirmasi banyak pihak untuk mengetahui kebenaran yang sebenar-benarnya.

4. Jurnalis harus menjaga independensi dari objek liputannya.

Dalam melakukan kerja jurnalistik, jurnalis independen, tidak menyebarkan informasi untuk menyenangkan salah satu pihak misalnya sekadar memenuhi pesanan narasumber atau malah mungkin pemilik media tempatnya bekerja.

5. Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan.

Jurnalis yang benar menjadi kontrol sosial dari penguasa, dan bukan sebaliknya, malah menjadi corong atau malah humas penguasa.

6. Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan menemukan kompromi

Jurnalis secara terbuka menerima masukan dari publik yang mengakses informasi darinya. Dia juga terbuka terhadap kritik atas informasi yang disampaikan. Kalau sebuah informasi terindikasi bias atau bahkan hoax, publik berhak bertanya, mengkritik dan jurnalis harus memberi klarifikasi. Bila memang kebohongan terbukti, berita harus dicabut dengan disertai permohonan maaf. Jurnalis yang tidak terbuka terhadap kritik dipersilakan ke laut.

7. Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan
Unik Penting bukan Hoax
Maksudnya jurnalis bukan mesti memelintir dan membuat hal yang di luar kenyataan agar menarik. Namun jurnalis menyajikan sesuatu yang penting dengan cara/kemasan menarik, dan relevan dengan kebutuhan publik. Jurnalis yang baik selalu memberikan right to know (hak untuk tahu) publik, dengan kata lain mengupas sesuatu hal sampai tuntas tas tas….

8. Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional

Berkaitan dengan elemen ke-3, jurnalis harus mencari informasi sebanyak-banyaknya, melakukan reportase secara mendalam, sebelum kemudian menyajikannya dalam bentuk berita yang bersifat komprehensif, dan bukan hanya sepotong-sepotong atau ala kadarnya. Prinsip 5W + 1 H aja tidak cukup (apalagi kalau tidak memenuhi itu). Pada satu sisi penyajian informasi juga harus proporsional, tidak kurang dan tidak berlebihan. Emangnya sekuel sinetron Tersanjung?

9. Jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya.

Sebelum mempublish informasi, jurnalis harus diberi keleluasaan mendengarkan hati nurani. Apakah hati nuraninya melarang untuk mempublish sesuatu informasi karena akan berdampak buruk bagi sumber berita. Contohnya, bila memberitakan suatu peristiwa tidak akan berdampak baik terhadap publik, jurnalis bisa memutuskan untuk tidak mempublishnya. Perusahaan pers atau siapapun tidak boleh memaksakan kehendak yang bertentangan dengan nurani sang jurnalis.

Itulah elemen - elemen penulisan berita dari Bill Kovach, yang sangat terkenal di kalangan jurnalis atau mahasiswa jurusan Jurnalistik.

Masih menurut Niken, Kasus-kasus menyangkut pertanggungjawaban, indikasi berita hoax dan lain-lain yang lagi melambung di jagat Kompasiana akhir-akhir ini, membuat saya ingin ikut nimbrung, bukan untuk menggurui, tapi sekadar mengingatkan kembali bahwa kerja jurnalistik itu “berat.” Hoax (berita bohong) akan berdampak pada hilangnya kepercayaan publik pada jurnalis, bahkan media tempat dia bernaung.

Semoga halaman kutipan untuk belajar jurnalistik ini berguna bagi saya ( dan anda ? )